Pada tanggal 29 Juli 2020 lalu, Komunitas Ngajeni kembali buka diskusi santai sambil ngopi episode 2. Diskusi Kitab taqrib ini mengangkat masalah Kulit bangkai agar suci, cara menyembelih hewan, bagaimana hukum hewan buruan, dan bersiwak.
Dimulai pukul 19.30 WIB dan bertempat di musholla Nurul Huda RT 08 RW 02 Baturagung ini. Diskusi Kitab Taqrib malam itu menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
HASIL DISKUSI KITAB TAQRIB PART 2 KOMUNITAS NGAJENI
Rabu Malam Kamis
Tanggal 29 Juli 2020
Di Mushola Nurul Huda Baturagung
“فصل” وجلود الميتة تطهر بالدباغ إلا جلد الكلب والخنزير وما تولد منهما أو من أحدهما وعظم الميتة وشعرها نجس إلا الآدمي.
Pasal :
Kulit bangkai (hewan) bisa menjadi suci dengan cara disamak, kecuali kulit anjing, babi dan hewan yang terlahir dari keduanya atau salah satunya.
Tulang dan rambut (bulu) bangkai hewan hukumnya najis, kecuali manusia (mayat manusia tetap suci).
- Bagaimanakah cara menyamak kulit binatang?
Jawaban :
Menyamak kulit binatang dilakukan dengan cara menghilangkan darah atau lainnya yang masih menempel di kulit dan bisa menyebabkan kulit membusuk dengan menggunakan benda yang kesat.
Referensi :
– Fathul Qorib Al Mujib
وكيفية الذبغ أن ينزع فضول الجلد مما يُعَفِّنه من دم ونحوه، بشيء حِرِّيف كعفص، ولو كان الحريف نجسًا كذرق حمام كفى في الدبغ
- Apa yang dimaksud dengan bangkai ?
Jawaban :
Bangkai adalah :
– hewan yang halal dimakan yang mati (dengan sendirinya atau terbunuh) tidak memenuhi persyaratan penyembelihan secara syar’ie
– hewan yang tidak halal dimakan, baik disembelih maupun tidak.
Referensi :
Al Iqna’ 1/29 :
وَالْميتَة مَا زَالَت حَيَاتهَا بِغَيْر ذَكَاة شَرْعِيَّة فَيدْخل فِي الْميتَة مَا لَا يُؤْكَل إِذا ذبح وَكَذَا مَا يُؤْكَل إِذا اخْتَلَّ فِيهِ شَرط من شُرُوط التذكية كذبيحة الْمَجُوسِيّ وَالْمحرم للصَّيْد وَمَا ذبح بالعظم وَنَحْوه
- Bagaimana ketentuan penyembelihan secara syar’ie?
Jawaban :
Penyembelihan secara syar’ie harus memenuhi persyaratan berikut :
- Cara penyembelihan :
– Penyembelihan pada hewan yang mudah disembelih yaitu dengan memotong otot saluran makanan dan otot saluran nafas (hulqum dan mari’).
– Sedangkan pada hewan yang liar atau susah disembelih (seperti terjebur sumur, hewannya mengamuk karena gila, sapi liar dan semacamnya) maka cukup membunuh dengan sengaja melukai hewan tersebut di anggota tubuh mana saja.
- Orang yang menyembelih :
– Beragama Islam
– Untuk hewan yang liar (sulit dijinakkan untuk disembelih), ditambahkan syarat : penyembelih bisa melihat.
- Hewan yang disembelih : hewan yang halal dimakan dan masih ada tanda kehidupan yang normal (tidak dalam kondisi meregang nyawa).
- Alat :
– Tajam, tidak terbuat dari tulang atau kuku
– Untuk penyembelihan hewan liar bisa menggunakan alat : hewan pemburu yang terlatih.
الياقوت النفيس (ص: 42)
أركان الذبح – بمعنى الانذباح – أربعة : ذبح ، و ذابح ، و ذبيح ، و آلة .
(1) الذبح : 1- ذبح الحيوان المقدور عليه : قطع حلقومه و مريئه . 2- و ذبح غيره : قتله بأي محل ، و شرطه : القصد .
(2) شرط الذابح : 1- كونه مسلماً أو كتابياً تحل مناكحته . 2- و يزاد في غير المقدور عليه كونه بصيراً .
(3) شرط الذبيح : كونه حيواناً مأكولاً فيه حياة مستقرة .
(4) شرط الآلة : – كونها محددة تجرح غير عظم و ظفر . – أو كونها في غير المقدور عليه جارحة سباع أو طير معلمة
- Bagaimana hukumnya hewan yang disembelih dengan mesin (alat potong hewan)?
Jawaban :
Hewan yang disembelih dengan mesin (alat potong) halal bila memenuhi ketentuan :
– Penyembelihnya (operatornya) seorang muslim
– Dipotong di bagian leher (kecuali hewan yang sulit dikendalikan)
– Ada kesengajaan untuk memotong hewan
– Mesin atau alat potongnya memenuhi ketentuan syar’iy : Tajam, tidak terbuat dari tulang atau kuku.
وشرط في الذبح قصد أي قصد العين أو الجنس بالفعل
قوله ( قصد العين ) وإن أخطأ في ظنه أو الجنس وإن أخطأ في الإصابة ح ل
والمراد بقصد العين أو الجنس بالفعل أي قصد إيقاع الفعل على العين أو على واحد من الجنس وإن لم يقصد الذبح
- Bagaimana hukum burung yang mati ditembak?
Jawaban :
Halal dengan ketentuan :
– Termasuk kategori hewan yang halal dimakan
– burung liar (sulit ditangkap untuk disembelih)
– ditembak dengan sengaja dan menggunakan peluru tajam yang bisa melukai
Syarh al-Minhaaj V/241, Hasyiyah jamal ‘ala al-manhaj X/353
و شرط في الآلة كونها محددة بفتح الدال المشددة أي ذات حد تجرح كحديد أي كمحدد حديد وقصب وحجر ورصاص وذهب وفضة إلا عظما كسن وظفر لخبر الشيخين ما أنهر الدم وذكر اسم الله عليه فكلوه ليس السن والظفر وألحق بهما باقي العظام
- Bagaimana hukum daging hewan yang tidak diketahui proses penyembelihannya (semisal dari pasar, warung makan, restoran dll.)?
Jawaban :
Bila daging yang beredar di pasaran tersebut mayoritas penduduknya Muslim maka HALAL.
Referensi :
Hasyiyah Bujairomi ‘Alaa al-khootib XIII/130
فَإِنْ كَانَ فِي الْبَلَدِ مَجُوسٌ وَمُسْلِمُونَ وَجُهِلَ ذَابِحُ الْحَيَوَانِ هَلْ هُوَ مُسْلِمٌ أَوْ مَجُوسِيٌّ ؟ لَمْ يَحِلَّ أَكْلُهُ لِلشَّكِّ فِي الذَّبْحِ الْمُبِيحِ وَالْأَصْلُ عَدَمُهُ نَعَمْ إنْ كَانَ الْمُسْلِمُونَ أَغْلَبَ كَمَا فِي بِلَادِ الْإِسْلَامِ فَيَنْبَغِي أَنْ يَحِلَّ وَفِي مَعْنَى الْمَجُوسِيِّ كُلُّ مَنْ لَمْ تَحِلَّ ذَبِيحَتُهُ.
“فصل” ولا يجوز استعمال أواني الذهب والفضة ويجوز استعمال غيرهما من الأواني.
Pasal :
Tidak boleh menggunakan wadah yang terbuat dari emas & perak, sedangkan penggunaan wadah (yang terbuat dari) selainnya diperbolehkan.
“فصل” والسواك مستحب في كل حال إلا بعد الزوال للصائم وهو في ثلاثة مواضع أشد استحبابا: عند تغير الفم من أزم وغيره وعند القيام من النوم وعند القيام إلى الصلاة.
Pasal :
Bersiwak itu hukumnya sunnah dalam setiap keadaan kecuali setelah condongnya matahari bagi yang berpuasa.
Bersiwak sangat disunnahkan dalam tiga kondisi : (a) saat terjadi perubahan bau mulut; (b) setelah bangun tidur; (c) hendak melaksanakan shalat.
- Apakah dengan menggosok gigi (memakai sikat gigi dengan niat bersiwak) kita sudah mendapat kesunahan bersiwak ?
Jawaban :
Menggosok gigi dengan sikat gigi sudah mendapatkan kesunnahan bersiwak. Semua benda yang kasar dan suci yang bisa menghilangkan kotoran gigi, bisa digunakan untuk alat bersiwak, seperti kayu, kain dll. bahkan sah dan mendapat kesunnahan jika bersiwak memakai jari, asalkan itu jari orang lain yang masih hidup, belum terputus dan atas seizinnya.
Dalam syarah shahih muslim Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa bersiwak itu hukumnya sunnah dengan menggunakan ranting dari pohon arok dan segala sesuatu yang bisa dipakai untuk bersiwak, tentunya juga termasuk sikat gigi.
Dalam kitab almausu’ah fiqhiyah alkuwaitiyah diterangkan bahwa para Imam 4 madzhab mempunyai kesepakatan bahwa alat siwak yang paling utama dari semua alat siwak adalah “ranting pohon arok”, karena bagus, baunya harum dan memiliki serabut yang bisa mengeluarkan dan membersihkan kotoran yang ada pada sela-sela gigi.
Referensi :
– Fathul Qoribul Mujib :
(فصل) في استعمال الة السواك وهو من سنن الوضوء ويطلق السواك ايضا على مايستاك به من اراك ونحوه. (والمراد بنحوه كل خشن طاهر يزيل القلح اي صفرة الاسنان ولو نحو خرقة او اصبع غيره الخشنة المتصلة من حي باءذنه بخلاف اصبع نفسه ولو خشنة على المعتمد)
– Syarah shohih muslim juz 3 hal 143 :
ويستحب أَن يستاك بعود من أراك، وبأي شئ استاك مما يزيل التغير حصل السواك، كالخرقة الْخشنة والسعد واللأشنان.
– Al musu’ah Alfiqhiyah alkuwaitiyah juz 4 hal 140:
اتفق فقهاء المذاهب الأربعة علي أن أفضله جميعا: الأراك لمافيه من طيب وريح وتشعير يخرج وينقي ما بين الأسنان
- Bagaimana hukum gosok gigi bagi orang yang berpuasa?
Ada tiga tinjauan :
- Sikat gigi : hukumnya seperti bersiwak, disunnahkan kecuali setelah condongnya matahari (waktu zuhur) maka hukumnya makruh bagi orang yang berpuasa.
- Pasta gigi : Penggunaan pasta gigi bagi orang yang berpuasa hukumnya makruh (setelah condongnya matahari) karena ada rasanya dan bisa menghilangkan bau mulut.
- Berkumur :
- Jika disyariatkan, seperti berkumur sebelum wudlu : sunnah asalkan tidak berlebihan, jika berlebihan hukumnya makruh bahkan ada yang berpendapat haram.
- Jika berkumur pada kondisi yang tidak dianjurkan syariat : hukumnya boleh asal tidak berlebihan.
للوضوء سنن منها التسمية، والمضمضة والإستنشاق
فرع : يستحب المبالغة في المضمة والإستنشاق لغير الصائم وأما الصائم فقيل يحرم في حقه قاله القاضي أبو الطيب وقيل يكره قاله البندنيجي وغيره وقيل تركها مستحب قاله ابن الصباغ والله أعلم. كفاية الأخيار ١/٢٣-٢٢
وخرج بالمفطر الصائم ولو متنفلا فلا تسن له المبالغة فيهما بل تكره. الشرقاوي ١/٥٦
FARDHUNYA WUDLU
“فصل” وفروض الوضوء ستة أشياء: النية عند غسل الوجه وغسل الوجه وغسل اليدين مع المرفقين ومسح بعض الرأس وغسل الرجلين إلى الكعبين والترتيب على ما ذكرناه
Pasal :
Rukun atau fardhunya wudhu ada 6 (enam) yaitu:
- Niat saat membasuh muka.[1]
- Membasuh muka.
- Membasuh kedua tangan sampai siku.
- Mengusap sebagian kepala.[2]
- Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
- Dilakukan secara tertib dari no. 1 sampai 5.
CATATAN:
[1] Niat wudhu adalah:
نويت الوضوء لرفع الحدث الأصغر فرضا للو تعالي
Artinya: Saya niat wudhu untuk menghilangkan hadats kecil karena Allah Ta’ala.
[2] Beda mengusap dan membasuh adalah kalau mengusap cukup dilakukan dengan sekedar membasahi dengan sedikit air. Sedangkan membasuh memakai air yang dapat mengaliri seluruh anggota badan yang wajib dibasuh.
SUNNAH-SUNNAHNYA WUDHU
(فصل) وسننه عشرة أشياء : التسمية وغسل الكفين قبل إدخالهما الإناء والمضمضة والاستنشاق ومسح جميع الرأس ومسح الأذنين ظاهرهما وباطنهما بماء جديد وتخليل اللحية الكثة وتخليل أصابع اليدين والرجلين وتقديم اليمنى على اليسرى والطهارة ثلاثا ثلاثا والمولاة.
Sunnahnya wudhu ada 10 (sepuluh):
- membaca bismillah
- membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkan ke wadah air
- berkumur
- menghirup (memasukkan) air ke hidung
- mengusap seluruh kepala
- mengusap kedua telinga bagian luar dalam dengan air baru (maksudnya tidak menggunakan bekas air yang digunakan untuk mengusap kepala)
- menyisir jenggot lebat dengan jari dan menyela-nyelai jari tangan dan kaki
- mendahulukan bagian kanan dari kiri
- menyucikan masing-masing 3 (tiga) kali
- bersegera, sekiranya lekas membasuh atau mengusap anggota wudlu berikutnya sebelum kering basuhan sebelumnya .
والله أعلم بالصواب