“Ada sebuah riwayat, setelah pandemi ini akan ada bencana yang disebabkan tidak dari gelombang tsunami, namun dampak yang ditimbulkannya lebih besar dari Aceh pada tahun 2004 itu disebabkan oleh pembodohan terstruktur dan menjamurnya pengangguran. Sebagai alternatif saya menggandeng teman-teman, mengumpulkannya, dan menggagas Gubug Baca Setidaknya dapat menjadi waktu senggang yang sedikit lebih bermanfaat bagi anak-anak desa khususnya Baturagung”.
Begitu kata Fikri Pemuda asal Desa Baturagung yang tinggal di RT 02 RW 01 Dusun Batur ini. Penggagas Gubug Baca ini merasa prihatin dengan keadaan kemajuan teknologi seperti sekarang ini yang mana anak-anak lebih senang bermain smarphone dari pada harus membaca buku-buku pengetahuan.
Disamping itu juga Fikri menyampaikan “Memang tidak banyak yang bisa harapkan dari adanya buku-buku dan perpustakaan, namun anak yang gemar membaca dan bermain bersama temannya adalah aset yang tak bisa dinilai. Saya bersembunyi di balik buku (Gubug Baca) untuk mengalihkan fungsi buku sebagai fungsi sosial. Merekatkan apa yang telah renggang, pada saat saat senggang”.
Ditengah kesibukannya sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Islam di Semarang ini, Mas Fikri masih sempat-sempatnya mendirikan Gubug Baca di Desa Baturagung. Dibantu teman-teman satu Desa dan beberapa relasinya yakni Mas Bagus dari Unisula, Mbak Ika dari USM, dan Mbak Arum dari Iain Surakarta. Mas Fikri berharap kedepannya bisa menggairahkan lagi budaya membaca terutama bagi anak-anak Desa Baturagung.
Kegiatan Sederhana dari Mas Fikri ini seharusnya bisa menjadi contoh bagi pemuda lain khususnya dari Desa Baturagung sendiri untuk Bersama-sama semangat dalam berpartisipasi aktif memajukan Desa Baturagung. Dan kegiatan ini harusnya mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Desa Baturagung agar kedepannya bisa lebih semangat dan terus berkelanjutan mengingat manfaat besar yang akan didapat dari kegiatan seperti ini. (MAH)